RSS
0

Quo Vadis Perayaan Maulid Nabi

Maulid Nabi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari salah satu ritual tahunan (ceremony) tradisi Islam. Maulid juga menjadi hari yang sangat dinantikan oleh seluruh umat Islam diseluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Di indonesia sendiri, tradisi ini sudah menjadi semacam ritual yang tidak bisa tidak dilaksanakan. Bahkan, dalam tradisi kesultanan atau kerajaan Islam terdahulu di Indonesia maulid Nabi sudah memiliki tempat tersendiri dalam kerajaan dan penamaannya pun sangat pribumi, Sekaten. Pemilihan nama ini merupakan adaptasi dari istilah Syahadatein yang bermakna dua kesaksian dalam Islam, yaitu kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad Utusan Allah.

Namun, belakangan ini kembali menyeruak masalah perayaan Maulid Nabi yang dianggap oleh sebagian golongan Islam sebagai perbuatan yang keluar dari jalur Islam yang sesungguhnya (purity of Islam). Golongan yang menentang tradisi ini beralasan karena tradisi ini lahir bukan dari Daulah yang paling dekat dengan Nabi atau atau saat tabi'in, tabi'ut tabi'in dan keempat imam madzhab saat berkuasa. Melainkan lahir dari Dinasti ‘Ubaidiyyun atau disebut juga Fatimiyyun (silsilah keturunan yang disandarkan pada Fatimah). Ahmad bin Abdul Halim Al-Haroni Ad-Dimasyqi, seorang ulama radikal Islam mengatakan “Perlu diketahui, para ulama telah sepakat bahwa Daulah Bani Umayyah, Bani Al-Abbas lebih dekat pada ajaran Allah dan Rasul-Nya, lebih berilmu, lebih unggul dalam keimanan daripada Daulah Fatimiyyun. Dua daulah tadi lebih sedikit berbuat bid’ah dan maksiat daripada Daulah Fatimiyyun. Daulah Fatimiyyun adalah di antara manusia yang paling fasik (banyak melakukan kemaksiatan) dan paling kufur.” (Majmu’ Fatawa, 35/127).

Entah lebih didorong faktor sakit hati politik atau yang semacamnya, menurut hemat penulis yang jelas hal-hal yang menyangkut penilain terhadap bentuk keimanan kita, umat Islam adalah hak Allah sebagai Tuhan bukan manusia dan tanpa intervensi apapun karena Dia lah yang Maha kuasa. Islam lahir di bagian akhir dari kehidupan peradaban manusia bukannya tanpa alasan, karena pada jaman yang terakhir kita dihadapkan pada suatu bentuk keberagam umat yang tidak bisa serta merta dipersamakan dengan keinginan golongan tertentu. Apalagi ditambah dengan cela-cela yang jelas akan menimbulkan persengketaan. Lantas pertanyaan yang muncul adalah apakah kita pantas mempertanyakan keimanan dan mencela golongan lain, sementara Islam sendiri mengakui bahwa Islam dalam golongan Nabi Muhammad akan terbagi ke dalam berbagai bentuk keyakinan? Termasuk di dalamnya adalah adanya golongan Islam yang meyakini bahwa Maulid Nabi perlu diperingati untuk kembali bangkit meneladani khasanah beliau sebagai tuntunan.

Sekedar diketahui bahwa Maulid Nabi sebelumnya memang tidak pernah dilaksanakan pada masa tabi'in, tabi'ut tabi'in dan empat imam madzhab. Maulid Nabi sendiri lahir pada masa Dinasti Fatimiyah (Daulah 'Ubudiyyun) di mana pada masa itu Islam sedang dalam puncak kejayaanya sehingga Islam meluas sampai Afrika dan Andalusia (Spanyol). Hal ini yang kemudian oleh Shalahudin Al Ayyubi (Saladin), seorang Mujahid Islam, dijadikan sebagai media untuk menyatukan dan menyemangati umat muslim dalam Perang Salib.

Terlepas hal itu adalah perbuatan bid'ah atau bukan, yang jelas penulis ingin menekankan kembali bahwa Maulid Nabi bukanlah tradisi rebutan makanan, bukan Barzanji-an, melainkan adalah upaya menjadikan hari kelahiran nabi sebagai momentum kebangkitan Islam. Bahkan, dengan nada yang emosional penulis pernah mendengar:

"Mengapa anda menyebutkan bahwa maulid nabi SAW itu sesat?
Apa karena tidak ada dijaman nabi SAW,Sahabat, tabiin?
Mengapa anda terlalu gampang untuk mengambil keputusan bahwa Maulid Nabi SAW itu sesat? Apanya yang sesat?
bagaimana dengan orang yang merayakan hari ulang tahunnya? Mengapa anda tidak bilang bahwa itu adalah sesat?, Ketika orang mengatakan bahwa "aku beridolakan UNGU,PETERPAN, Muse, dll" Apakah anda tidak sedih melihat umat islam idolanya bukan NABI MUHAMMAD SAW, mengapa anda meributkan kami yang merayakan maulid? Mengapa anda tidak menguruskan saudara kita yang terjerumus narkoba, zina, mabuk-mabukan? Kami mengagungkan ALLAH SWT dan Rasulnya SAW, mengapa dibilang sesat? sementara saudara-saudara kita sampai rela mati membela pacarnya dari pada nabinya SAW."

Di dalam Al-Qur'an, Allah menyerukan dengan kata Iqra' yang artinya bacalah. Dalam Tafsir Al-Misbah, Prof. Dr. Quraish Shihab menguraikan bahwa kata Iqra', ketika dibaca berulang-ulang akan memiliki arti bukan hanya membaca, melainkan telitilah, kajilah, dalamilah, dan lain sebagainya. Dan ini sangat jelas, bahwa Islam sendiri mengajarkan kita bukan sebagai masyarakat yang tekstualis, tapi harus ada upaya untuk berselaras dengan dengan lingkungan, tradisi, dan budaya. Al-Qur'an saja diperlukan sebuah tafsir untuk dimengerti, kenapa ketika membaca sebuah statement seorang ulama lantas kita dengan berani meng-kafir-kan umat muslim lainnya?.

Wallahu a'lam bi as-shawab
Read more